Rabu, 21 Desember 2016

Balasan Surat



Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat malam Bapak Setia Naka Andrian dosen mata kuliah Penulisan Media Massa.
Bagaimana kabar Bapak hari ini? Semoga Bapak dan keluarga selalu dalam keadaan baik, sehat, dan selalu dalam lindungan-Nya. Alhamdulillah saya selalu dalam keadaan baik dan sehat Bapak. Malam ini saya mempunyai sebuah harapan yang sederhana, ya berharap agar Bapak berkenan untuk sekedar membaca balasan surat dari mahasiswa Bapak ini. Dan semoga saja Bapak tidak merasa bingung ketika membaca surat dari saya ini. Mungkin isinya memang agak tidak jelas, tetapi percayalah Pak, surat ini saya buat dengan apa adanya.
Untuk masalah bahagia, tak usah dirisaukan atau diragukan lagi Pak. Saya disini selalu bahagia. Jika tak bahagiapun saya selalu berusaha untuk bahagia. Setiap hari selalu tersusun rencana untuk berusaha bahagia dan selalu tersenyum. Bukannya apa-apa, hanya saja kebahagiaan itu mungkin sebuah pilihan atau suatu cara untuk menikmati hidup. Sakitpun bila dirasakan dengan ikhlas dan dinikmati juga suatu kebahagiaan kok. Mungkin seperti suatu pantangan terlihat sedih dihadapan orang lain. Tak baik rasanya mahasiswa kok terlihat tak bahagia.
Kiranya Bapak tidak perlu meminta maaf kepada saya dan teman-teman mahasiswa. Jujur, mungkin saya dan teman-teman agak merasa terkejut atau agak kaget mendapat surat dari Bapak, tetapi kalau untuk masalah terbebani atau merepotkan saya kira tidaklah Pak. Dengan senang hati dan kelapangan dada saya membaca surat dari Bapak. Membalas surat dari Bapak juga saya lakukan dengan penuh kebahagaiaan dan penuh kelapangan dada.
Balasan surat ini saya buat dalam keadaan sadar, sehat, dan tanpa paksaan dari pihak manapun, selepas makan malam di sebuah tempat yang kecil tapi tak sempit, ditemani indahnya suara hujan serta sejuknya angin malam di pegunungan. Lebih tepatnya di sebuah tempat dimana saya dilahirkan dan dibesarkan. Mungkin ini adalah pertama kalinya saya membuat balasan surat di tempat yang spesial ini. Ya, di tempat spesial untuk dosen yang spesial pula tentunya.
Hemmm... Mahasiswaku yang masih sering makan indomie?? Maaf Pak, sekali lagi maaf. Khusus mahasiswamu yang satu ini sudah tidak pernah makan yang namanya indomie, sarimi, mie sedap, atau entah apalah itu yang bersaudara dengan indomie. Penyiksaan yang indomie dan teman-temannya berikan kepada saya tak mungkin dapat saya lupakan begitu saja. Semua itu masih terekam baik dalam memori saya. Bagi mahasiswa Bapak yang satu ini, satu lembar kerupuk jauh lebih berarti daripada semangkuk indomie. Sungguh, indomie bukanlah penawar lapar yang baik.
Mungkin ada beberapa suasana ketika Bapak tidak dapat hadir dalam perkuliahan. Berbagai rasa hadir seketika pemberitahuan itu datang. Rasa senang sesaat pasti ada, tetapi rasa berat juga ada Pak. Seperti yang dulu pernah Bapak utarakan, perkuliahan adalah suatu forum yang mulia. Jadi, jika Bapak tidak dapat hadir maka kami tidak mendapat kemuliaan tersebut.
Jika boleh saya jujur, saya agak bingung hendak menulis apa Pak. Tetapi baiklah Pak, melalui surat ini saya akan menjawab pertanyaan dari Bapak dengan sejujur-jujurnya. Ketika  ditanya tentang persoalan yang membuat saya malas untuk membaca, saya juga nggak begitu tahu mau menjawab apa. Terkadang muncul suatu niat yang kuat untuk membaca. Namun niat yang kuat tersebut tiba-tiba pupus ketika isi bacaan yang saya baca tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Agak susah mencari bacaan yang sesuai dengan keinginan hati dan perasaan Pak. Dan entah kenapa, terkadang saya juga merasa seperti ada yang menarik dari belakang agar tetap duduk dan tidak berdiri atau bahkan bergerak hanya sekedar untuk mengambil sebuah bacaan. Ah, mungkin itu hanya perasaan saya saja.
Rasa mennyesal juga selalu mondar-mandir dalam benak saya. Ingin rasanya bangkit dari tempat tidur dan membaca atau bahkan menulis. Namun disitulah saya merasakan keajaiban dari sebuah tulisan. baru juga membaca sekitar 30 menit, rasa ngantuk langsung melanda. Alhasil tidurpun menjadi solusinya. Mungkin ini suatu alasan yang tidak logis atau apalah itu, tetapi itulah yang saya rasakan.
Iya, Bapak benar. Mungkin hanya saya yang mampu memahami diri saya sendiri. Seperti halnya ketika ada orang yang sedang sakit, ya hanya orang itulah dokter yang terbaik untuk dirinya sendiri. Malas membaca ini juga termasuk penyakit yang cukup serius. Nampaknya seabrek alasan yang biasa-biasa saja itu harus dibuang jauh-jauh. Mungkin butuh usaha yang keras untuk menguatkan iman agar tak termakan oleh bujuk rayu setan agar tidak  membuang-buang waktu dengan sia-sia. Namun butuh waktu juga untuk mengubah kebiasaan dari seseorang. Setidaknya niat itu sudah ada dalam hati saya. Melalui sebuah tugas kuliahpun saya berterimakasih kepada Bapak. Dengan tugas yang Bapak berikan, saya belajar menulis. Meski tulisan saya hanya sederhana dan terkadang membingungkan tetapi semoga sajalah saya tidak bosan untuk berusaha memperbaikinya. Memang benar adanya, jika awalnya menulis ini dilandasi oleh sebuah keterpaksaan, tetapi semoga suatu saat hal ini bisa menjadi candu yang membuat saya selalu ingin melakukannya berulang-ulang.
Bapak dosen yang berbahagia, dan semoga selalu bahagia, mungkin sudah cukup balasan surat yang saya buat ini. Saya mohon maaf bila saya terlalu jujur dalam membuat surat ini. Saya takut menjadi pendosa jika berbohong dalam membuat surat ini. Jadi saya utarakan saja sesuai isi hati saya. Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih.
Wassalamualikum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar