UPGRIS Bersastra
Bulan
Bahasa yang jatuh pada bulan Oktober adalah bulan yang sangat spesial bagi kami
mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Beberapa hari yang lalu,
Balairung Universitas PGRI Semarang seolah-olah menjadi saksi bisu bedah buku
karya sastrawan Triyanto Triwikromo. Gedung yang megah sengaja diseting
sedemikian rupa untuk menyambut kedatangan sastrawan luar biasa kelahiran
Salatiga ini. Sastrawan ini merupakan salah satu sastrawan yang pernah menempuh
pendidikan S1 di Universitas PGRI Semarang. Tentunya hal itu menambah spesial
momentum ini. Kami sebagai mahasiswa yang merupakan adik tingkat dari Beliau
juga turut merasa bangga dan merasa menjadi orang yang spesial telah menjadi
saksi bedah buku Beliau.
Musikalisasi
puisi yang indah sengaja disuguhkan bagi para penonton dan penikmat sastra
dalam acara ini. Musikalisasi puisi dibawakan oleh Biscuitime. Selain
musikalisasi yang indah dari Biscuitime, Bapak Muhdi, SH., M.Hum. Rektor
Universitas PGRI Semarang juga turut memberikan sambutannya.
Acara
bedah buku ini terasa sangat spesial karena tidak hanya membedah satu buku. Ada
3 buku yang dibedah pada acara ini, diantaranya adalah Bersepeda ke Neraka,
Selir Musim Panas, dan Sesat Pikir Para Binatang. Selain ada 3 buku yang
dibedah, hadir pula 3 kritikus yang sangat luar biasa. Diantaranya adalah Bapak
Nur Hidayat, Bapak Prasetyo Utomo, dan Bapak Widyanari Eko Putra. Namun
spesialnya, buku-buku yang dibedah ini dikarang oleh satu pengarang hebat Bapak
Triyanto Triwikromo. Acara ini ditemani oleh host yang istimewa Dr.Harjito dosen
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Semarang yang selalu
santai dan selalu terlihat berwibawa dihadapan para mahasiswa.
Ada
beberapa hal yang menarik dari penampilan yang disampaikan oleh para pengisi
acara dan perbincangan para kritikus. Penampilan dari Rektor Universitas PGRI
Semarang juga cukup mengejutkan. Tak tanggung-tanggung Beliau memainkan
senar-senar gitar di atas panggung Balairung. Selain Bapak Muhdi, Ibu Sri
Suciati juga turut meramaikan acara ini. Beliau membacakan puisi dengan
ditemani alunan musik dari karawitan dan suara indah salah seorang mahasiswa
Bahasa Inggris Universitas PGRI Semarang.
Karya
yang dihasilkan oleh sastrawan Triyanto Triwikromo bukanlah karya yang
sederhana dan dapat dimengerti dengan mudah oleh para pembaca. Ada salah
seorang kritikus yang menyuarakan bahwa untuk memahami 3 buku karya Triyanto
Triwikromo ini dibutuhkan suatu proses yang tak mudah. Ada beberapa buku yang
harus dibaca terlebih dahulu agar mampu memahami dengan mudah karya sastrawan
yang satu ini.
Dari
hal yang dikemukakan salah seorang kritikus tersebut, mungkin dapat kita
tafsirkan bahwa sastra bukanlah suatu hal yang mudah. Kebanyakan orang selalu
memandang sebelah mata sebuah karya sastra. Mereka tidak tahu betapa susahnya
belajar untuk menghasilkan sebuah karya sastra. Karya sastra juga suatu hal
yang penting bagi seorang mahasiswa khususnya bagi kami mahasiswa Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
Mahasiswa
umumnya acuh terhadap karya sastra. Bagi sebagian mahasiswa, menonton sebuah
pagelaran musik atau sekadar bepergian yang jauh tanpa tujuan yang pasti
dianggap lebih asik daripada menonton musikalisasi puisi ataupun berbelanja
novel di toko buku. Entah mengapa, kesenangan sesaat seperti itu memang selalu
bisa menguasai diri mahasiswa. Namun tak semua mahasiswa seperti itu. Mungkin
Triyanto Triwikromo adalah salah satu bukti nyata salah seorang mahasiswa yang
mampu menentang godaan kesenangan sesaat ketika menjadi seorang mahasiswa.
Terkadang
mahasiswa juga kurang memahami bahwa menikmati sebuah karya sastra juga dapat
dianggap sebagai sebuah media belajar. Salah satu manfaat yang dapat kita ambil
dari membaca sebuah karya sastra adalah mampu mengetahui atau belajar tentang
kosakata maupun tata bahasa. Saya yakin, seseorang tak akan terlahir menjadi
sastrawan yang hebat tanpa menguasai banyak kosakata. Sastrawan sehebat
Triyanto Triwikromo juga tidak mungkin terlahir secara instan untuk menjadi
sastrawan yang dikenal oleh banyak penikmat sastra. Beliau juga pernah
merasakan susahnya belajar untuk membuat karya sastra seperti kita mahasiswa
pada umumnya.
Tanpa
kita sadari, menikmati sebuah karya sastra juga menjadi media yang menghibur.
Orang-orang yang terbiasa menikmati sebuah karya sastra dapat mencari hiburan
tersendiri melalui karya sastra yang dibaca atau disaksikannya. Bahkan mungkin
bukan suatu hiburan yang biasa bila kita menjadi seorang sastrawan yang luar
biasa seperti Triyanto Triwikromo. Tentunya sastrawan yang hebat juga memiliki
cara tersendiri untuk bisa menikmati sebuah karya sastra.
Melalui
hal-hal yang telah diutarakan oleh para kritikus, mungkin dapat kita ambil
suatu aura positif. Melalui perbincangan singkat mereka, sedikit banyak kita
telah mengetahui tentang sebuah karya sastra dan juga seorang sastrawan. Jika
mendengar dari beberapa karya yang telah dibacakan oleh beberapa pembaca, kita
dapat mengetahui beberapa hal tentang Triyanto Triwikromo. Mungkin salah
satunya kita mampu mengetahui bahwa Beliau adalah salah satu sastrawan yang
religius. Selayaknya sebagai seorang mahasiswa kita mampu meneladani sifat
beliau yang mampu memahami betapa pentingnya sastra bagi seseorang, terutama
bagi mahasiswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar