Rabu, 21 Desember 2016

UPGRIS Bersastra



UPGRIS Bersastra

Bulan Bahasa yang jatuh pada bulan Oktober adalah bulan yang sangat spesial bagi kami mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Beberapa hari yang lalu, Balairung Universitas PGRI Semarang seolah-olah menjadi saksi bisu bedah buku karya sastrawan Triyanto Triwikromo. Gedung yang megah sengaja diseting sedemikian rupa untuk menyambut kedatangan sastrawan luar biasa kelahiran Salatiga ini. Sastrawan ini merupakan salah satu sastrawan yang pernah menempuh pendidikan S1 di Universitas PGRI Semarang. Tentunya hal itu menambah spesial momentum ini. Kami sebagai mahasiswa yang merupakan adik tingkat dari Beliau juga turut merasa bangga dan merasa menjadi orang yang spesial telah menjadi saksi bedah buku Beliau.
Musikalisasi puisi yang indah sengaja disuguhkan bagi para penonton dan penikmat sastra dalam acara ini. Musikalisasi puisi dibawakan oleh Biscuitime. Selain musikalisasi yang indah dari Biscuitime, Bapak Muhdi, SH., M.Hum. Rektor Universitas PGRI Semarang juga turut memberikan sambutannya.
Acara bedah buku ini terasa sangat spesial karena tidak hanya membedah satu buku. Ada 3 buku yang dibedah pada acara ini, diantaranya adalah Bersepeda ke Neraka, Selir Musim Panas, dan Sesat Pikir Para Binatang. Selain ada 3 buku yang dibedah, hadir pula 3 kritikus yang sangat luar biasa. Diantaranya adalah Bapak Nur Hidayat, Bapak Prasetyo Utomo, dan Bapak Widyanari Eko Putra. Namun spesialnya, buku-buku yang dibedah ini dikarang oleh satu pengarang hebat Bapak Triyanto Triwikromo. Acara ini ditemani oleh host yang istimewa Dr.Harjito dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Semarang yang selalu santai dan selalu terlihat berwibawa dihadapan para mahasiswa.
Ada beberapa hal yang menarik dari penampilan yang disampaikan oleh para pengisi acara dan perbincangan para kritikus. Penampilan dari Rektor Universitas PGRI Semarang juga cukup mengejutkan. Tak tanggung-tanggung Beliau memainkan senar-senar gitar di atas panggung Balairung. Selain Bapak Muhdi, Ibu Sri Suciati juga turut meramaikan acara ini. Beliau membacakan puisi dengan ditemani alunan musik dari karawitan dan suara indah salah seorang mahasiswa Bahasa Inggris Universitas PGRI Semarang.
Karya yang dihasilkan oleh sastrawan Triyanto Triwikromo bukanlah karya yang sederhana dan dapat dimengerti dengan mudah oleh para pembaca. Ada salah seorang kritikus yang menyuarakan bahwa untuk memahami 3 buku karya Triyanto Triwikromo ini dibutuhkan suatu proses yang tak mudah. Ada beberapa buku yang harus dibaca terlebih dahulu agar mampu memahami dengan mudah karya sastrawan yang satu ini.
Dari hal yang dikemukakan salah seorang kritikus tersebut, mungkin dapat kita tafsirkan bahwa sastra bukanlah suatu hal yang mudah. Kebanyakan orang selalu memandang sebelah mata sebuah karya sastra. Mereka tidak tahu betapa susahnya belajar untuk menghasilkan sebuah karya sastra. Karya sastra juga suatu hal yang penting bagi seorang mahasiswa khususnya bagi kami mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Mahasiswa umumnya acuh terhadap karya sastra. Bagi sebagian mahasiswa, menonton sebuah pagelaran musik atau sekadar bepergian yang jauh tanpa tujuan yang pasti dianggap lebih asik daripada menonton musikalisasi puisi ataupun berbelanja novel di toko buku. Entah mengapa, kesenangan sesaat seperti itu memang selalu bisa menguasai diri mahasiswa. Namun tak semua mahasiswa seperti itu. Mungkin Triyanto Triwikromo adalah salah satu bukti nyata salah seorang mahasiswa yang mampu menentang godaan kesenangan sesaat ketika menjadi seorang mahasiswa.
Terkadang mahasiswa juga kurang memahami bahwa menikmati sebuah karya sastra juga dapat dianggap sebagai sebuah media belajar. Salah satu manfaat yang dapat kita ambil dari membaca sebuah karya sastra adalah mampu mengetahui atau belajar tentang kosakata maupun tata bahasa. Saya yakin, seseorang tak akan terlahir menjadi sastrawan yang hebat tanpa menguasai banyak kosakata. Sastrawan sehebat Triyanto Triwikromo juga tidak mungkin terlahir secara instan untuk menjadi sastrawan yang dikenal oleh banyak penikmat sastra. Beliau juga pernah merasakan susahnya belajar untuk membuat karya sastra seperti kita mahasiswa pada umumnya.
Tanpa kita sadari, menikmati sebuah karya sastra juga menjadi media yang menghibur. Orang-orang yang terbiasa menikmati sebuah karya sastra dapat mencari hiburan tersendiri melalui karya sastra yang dibaca atau disaksikannya. Bahkan mungkin bukan suatu hiburan yang biasa bila kita menjadi seorang sastrawan yang luar biasa seperti Triyanto Triwikromo. Tentunya sastrawan yang hebat juga memiliki cara tersendiri untuk bisa menikmati sebuah karya sastra.
Melalui hal-hal yang telah diutarakan oleh para kritikus, mungkin dapat kita ambil suatu aura positif. Melalui perbincangan singkat mereka, sedikit banyak kita telah mengetahui tentang sebuah karya sastra dan juga seorang sastrawan. Jika mendengar dari beberapa karya yang telah dibacakan oleh beberapa pembaca, kita dapat mengetahui beberapa hal tentang Triyanto Triwikromo. Mungkin salah satunya kita mampu mengetahui bahwa Beliau adalah salah satu sastrawan yang religius. Selayaknya sebagai seorang mahasiswa kita mampu meneladani sifat beliau yang mampu memahami betapa pentingnya sastra bagi seseorang, terutama bagi mahasiswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar