Tanggapan Esai “Teater Jaka Tarub oleh Dwi Ernawati"
Esai dengan judul Teater Jaka Tarub yang ditulis oleh Dwi Ernawati cukup
menarik. Penulis telah mengemas esai dengan baik, dibuat sesuai dengan apa yang
penulis telah lihat secara langsung. Dimulai dari penggambaran suasana hingga
pada jalannya pementasan dan ulasan tentang pementasan teater tersebut. Kronologi
pementasan ditulis secara urut dan disertai beberapa ulasan. Seperti yang telah
tertera pada judul esai, penulis menulis esai tentang teater Jaka Tarub. Kisah
atau cerita rakyat yang telah melegenda di negeri ini. Penulis telah
menjelaskan tentang penyelenggara teater dan tempat dimana teater dipentaskan
dengan cukup jelas.
Dalam esai tersebut, telah dijelaskan bahwa sutradara mempunyai peran
yang sangat penting dalam sebuah pementasan teater. Bahkan sutradara dapat
menjadi penentu sukses atau tidaknya sebuah pementasan teater. Dalam sebuah
pementasan teater, sang sutradara berperan layaknya seorang produser. Harus
berkoordinasi dengan banyak pihak demi suksesnya sebuah pementasan. Harus
berkoordinasi dengan penulis naskah, memikirkan setting, dan tentunya harus
memilih pemain dengan tepat.
Dalam esai yang berjudul Teater Jaka Tarub ini, disebutkan bahwa sang
sutradara cukup kreatif dalam mengemas jalannya cerita. Hal yang sangat
mencolok dan sangat menarik perhatian adalah perihal alur yang dipilih oleh
sutradara. Tidak seperti cerita-cerita
Jaka Tarub pada biasanya, telah diungkapkan oleh penulis bahwasanya alur cerita
Jaka Tarub yang ini sangatlah berbeda. Sutradara tidak menggunakan alur maju
seperti pementasan teater pada umumnya tetapi pementasan cerita dibuka dengan
adegan seorang Bapak yang sudah tua yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya
karena sebuah mimpi dan kemudian Bapak tersebut didekati oleh seoarang
perempuan cantik yang tidak lain adalah anaknya. Kemudian cerita dilanjutkan ke masa muda seorang tokoh yang bernama Jaka
Tarub. Melalui alur cerita yang telah
dibangun dengan baik tersebut mampu membuat para penonton bertanya-tanya akan jalannya
cerita, para penonton berpikir akan siapa Bapak tua itu dan ada hubungan apa
dengan kisah Jaka Tarub. Hampir semua penonton mampu hanyut dalam jalannya
cerita.
Selain keunikan alur cerita yang telah diulas dalam esai Dwi Ernawati,
keindahan desain panggung dan tata lampu juga sangat menawan. Seperti yang
telah diungkapkan bahwa lampu dimatikan dan dihidupkan sesuai dengan cerita
yang sedang dipertunjukkan. Dalam pementasan sebuah teater, tata panggung dan
tata cahaya merupakan aspek yang cukup penting dalam menunjang keberhasilan
sebuah pertunjukkan teater. Dapat dibayangkan jika sebuah pementasan teater
tidak menggunakan lampu atau hanya menggunakan pencahayaan yang natural, tentu
kurang menarik minat penonton dan akan membuat bosan. Panggung pementasan juga
harus didesain sedemikian rupa sesuai kebutuhan dalam cerita. Seperlunya saja,
tak perlu berlebihan. Karena jika berlebihan juga akan mengganggu pemain dalam
bergerak atau berekspresi.
Pentingnya ekspresi dalam pementasan teater.
Pengertian ekspresi dalam seni adalah ungkapan perasaan para pelaku seni
yang merupakan perasaan khusus yang bisa membangun nilai dan sikap. Munculnya perasaan ini umumnya dipicu oleh
interaksi para pelaku seni dengan lingkungannya. (Soehardjo : 2005)
Mengacu pada pengertian tersebut, dapat kita pahami bahwa ekspresi
merupakan pengungkapan atau suatu proses untuk menyampaikan maksud kepada
penonton. Semua makhluk hidup tentu pernah berekspresi, bahkan sering
berekspresi. Makhluk hidup yang paling sering berekspresi adalah manusia. Manusia sering berekspresi untuk
mengungkapkan perasaannya. Perasaan tersebut bermacam-macam, ada perasaan
senang, sedih, kecewa, marah, atau perasaan sedang jatuh cinta.
Sebagai contoh, bayi yang belum bisa berbicara mampu mengekspresikan apa
yang dia rasakan dengan menangis atau tertawa.
Rasa lapar seorang bayi diekspresikan dengan menangis. Begitupun dengan
seniman teater, harus mampu mengekspresikan dirinya sesuai dengan cerita yang
hendak disampaikan. Jika ceritanya sedih, maka seniman teater juga dituntut
untuk mampu berekspresi sedih. Tubuh merupakan alat utama yang digunakan para
seniman teater untuk berekspresi. Selain tubuh, seniman teater juga dapat
berekspresi menggunakan gerakan maupun suara.
Ekpsresi yang ditunjukkan para seniman teater Jaka Tarub cukup baik
tetapi masih ada beberapa pemain yang kurang ekspresif. Masih ada beberapa
ekspresi yang membingungkan. Seperti ekspresi ketika para bidadari hendak turun
ke bumi, kurang begitu jelas ekspresinya sehingga sulit untuk menafsirkan
apakah ketika itu mereka masih terbang atau sudah berada di bumi dan hendak
mandi ke sungai. Selain adegan tersebut, ada adegan yang sangat ekpsresif yaitu
adegan lelucon Tomo dan Topo yang mampu membuat penonton tertawa lepas. Perlu
kita ketahui bahwa segala sesuatu pasti ada kekurangan dan kelebihan. Dalam
teater hal tersebut sudah menjadi hal yang wajar. Setidaknya para seniman
teater Jaka Tarub sudah berusaha untuk berekspresi dengan baik dan sesuai
dengan kisah atau cerita yang hendak disampaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar